Engkau tak perlu tahu, bahan dasar dari Beranda sederhana ini adalah cinta yang sedang menyala... Duduklah dengan tenang, sampai terasa nyaman, kami hampar alasnya dengan segenap ketulusan. Rasakan sejuknya, kami mengolahnya lengkap dengan kerinduan panjang yang tak sempat terkatakan.. Segala daya telah diupayakan, dan engkau tak perlu tahu, bahwa kami siapkan semua ini di atas altar kemesraan untuk kita... Semoga. Silahkan.. Salam Ukhuwah untuk semua, penuh takdhim, ^_^

Cinta Maya *)

Fenomena maraknya penyediaan situs jejaring sosial di internet dengan berbagai fitur tambahan yang cukup menarik, seperti “chatiing” dan lain sebagainya (baca: facebook, yahoo messenger, twitter, dll.) memang perlu diakui banyak membantu mempermudah beberapa urusan kita; mulai dari bertemu kembali teman lama yang selama ini entah kemana, sampai pada berjumpa dengan teman baru, dan lain sebagainya.

Masuk pada wilayah ini, kita tidak usah lagi repot-repot memikirkan jarak yang jauh, waktu yang berbeda dan seterusnya… Karena semua itu tidak jadi penghambat untuk selalu berhubungan. Sekalipun lawan bicara kita berda di belahan bumi selatan, dan kita di belahan bumi utara komunikasi tetap lancar, bahkan ‘seperti’ secara langsung bertatap muka. Begitu juga, seandainya kita berada di belahan bumi barat dan kita berada di belahan bumi timur tidak jadi faktor penghambat untuk saling berbagi kisah, curhat, dan lain-lain.

Ajang Tebar Pesona?

“g’ tw gw, mw kmn lo?, atut, askum, waskum,…,” ini adalah beberapa contoh kata dan kalimat yang pertama kali saya mengenalnya dari dunia maya (baca: cahtting). Singkat, padat, tapi cukup mewakili isi hati untuk disampaikan agar dipahami orang lain. Dan di dunia maya ini pula baru saya tahu bahwa ada seseorang yang –menurut pengakuannya punya nikname lebih dari seratus. Luar biasa dan mengherankan menurut saya ketika itu. Begitulah kenyataanya. Sama nyatanya dengan adanya nikname yang lumayan membuat saya geli, dan terkadang menjengkelkan; sebut saja nikname: juzt_hujan, siapa_aQ35, diam_sajalah, dan sejenisnya.

Selanjutnya, kenyataan ini mungkin bagi kita wajar-wajar saja. Tidak ada masalah sedikit pun. Tidak melanggar HAM. Tapi bagaimana pun, kita sama sekali tidak bisa memungkiri kenyataan lain bahwa apa yang tidak pernah kita anggap masalah, ternyata sudah banyak “menelan korban.” Dalam artian, ternyata beberapa situs jejaring dengan berbagai pelayanan menariknya tersebut seringkali dijadikan ajang tebar pesona diri (lebih khusunya pada lawan jenis). Banyak dari para user dan chatter yang dengan sengaja menyembunyikan identitas diri yang sebenarnya. Bahkan tidak jarang mereka malah mengobral murah kata cinta, rindu, puisi romantis, juga ungkapan lain yang sejatinya tak pernah ada. Tentunya untuk mendapatkan mangsa, alih-alih orang yang selama ini memang yang jadi incaran

Ironisnya, tidak sedikit yang terkena jerat. Banyak hati yang ternoda karenanya. Harapan muncul pada sesuatu yang sejatinya belum pasti. Banyak mimpi-mimpi indah lahir semata karena rayuan gombal belaka.

Siapa yang salah dalam kasus ini? Menyalahkan barangkali bukan pilihan paling tepat. Menyalahkan saja tidak cukup merubah keadaan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita lebih baik, dan mempersembahkan yang terbaik buat diri sendiri dan semuanya. Apalagi dengan banyaknya “korban” di antara kita, dan parahnya lagi, ternyata kita juga pelakunya.

Untuk Saya, Anda, Dia, dan Semuanya

Tulisan sederhana ini tidak dimaksudkan menyama-ratakan setiap user dan chatter. Tidak jarang juga mereka yang punya niat mulia, dan berangkat dari ketulusan; misalnya, tujuan dakwah, belajar agama dan lain sebagainya. Saya tidak pernah beranggapan bahwa dunia maya hanya dipenuhi kebohongan, kepalsuan dan jauh dari nilai-nilai kesejatian, seperti yang dituduhkan banyak orang (?)

Perlu diakui, bahwa kehadiran cinta ‘seringkali’ tidak pernah kita duga. Di mana pun dan kapan pun ia bisa hadir tanpa kita rencanakan sebelumnya, termasuk di dunia maya. Hanya saja, barangkali (kalau tidak mau dikatakan seratus persen iya) sangat tidak bijak, jika dunia maya jadi “pilhan” mencari ketulusan dan kesucian. Sangat tidak dewasa jika kita terlalu larut dalam dunia yang tak nyata. Sangat disayangkan jika kita mencari kesejatian cinta di dunia yang seringkali dikaitkan dengan ketidak pastian ini. Walaupun tidak menutup kemungkinan kita akan mendapatinya di sana.

Selain itu, bisa saja barang yang menurut kita adalah mutiara, namun sebenarnya ia tidak lebih dari beling yang pada gilirannya malah akan membuat kita terluka. Bukan tidak mungkin, barang yang kita kagumi saat ini sejatinya adalah racun dengan merk madu yang nantinya hanya akan membuat kita binasa dan, bukan hal mustahil, jika ternyata mimpi yang selama ini menghiasi kita pada dasarnya tidak lebih dari sekedar tipuan belaka.

Barangkali masih manusiawi bila mata kita ‘biru’ oleh barang “mewah,” “necis,” dan “wah!”. Tapi bagaimanapun kita harus tetap waspada dan pilah-pilih, sebab –meminjam istilah yang dipakai oleh KH. Zainuddin MZ., “Penmapilan tidak selamanya mencerminkan keaslian.” Apalagi jika “cinta” dan semua rasa itu memang berangkat dari pamrih, ketampanan atau kecantikan, karena ia akan hilang seiring berjalannya waktu. Tidak akan bertahan lama.

Jadi, pada dasarnya hanya ada dua pilihan dalam hidup ini: baik dan buruk. Benar dan salah. Terserah kita mau pilih yang mana. Yang jelas tiap pilihan pasti dengan konskuensinya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan perasaan di hati, baik dalam kehidupan nyata, mapun daalam dunia maya, selama kita menempatkannya secara benar dan sesuai aturan. Karenanya, saat kita harus mencintai, tentnunya harus dengan cara yang benar, begitu pula saat harus menerima juga tidak boleh dengan gegabah. Musti dengan berbagai pertimbangan yang tidak merugikan.

(* Ditulis oleh: Miski M.

0 comments:

Posting Komentar

Bismillah...